Desi Rahmawaty (Voicer)
(Rilis Kiblat.net Rabu, 13 Februari 2019)
Pada 28 Januari lalu, sebuah komunitas yang diiniasi oleh anak muda Yogyakarta melakukan sebuah ekspedisi kemunusiaan bertajuk ukhuwah Islamiyah. GIVE Society (Global Islamic Volunteering and Expedition) sebuah gerakan dakwah yang dibentuk untuk merekam kondisi umat islam di daerah terpencil, kemudian informasi disajikan dan ditinda lanjuti dengan agenda pemberdayaan kepada masyarakat.
Ekspedisi pertama kali baru saja diselesaikan dengan kunjungan ke Kamboja, Negara yang terkenal dengan sejarah kelam rezim Khmer Merah. Para relawan melakukan perjalanan selama seminggu dengan mengunjungi 5 kampung muslim di sana. Kamboja sebagai salah satu negara yang memiliki sejarah genosida paling kelam di kawasan Asia ini perlahan mulai berbenah diri dari pengembangan fasilitas pembangunan hingga sumber daya manusia. Tidak terkecuali umat Islam yang berada di sana, sebagai agama yang pernah berjaya di masanya dan akhirnya porak poranda oleh rezim Khmer Merah, kini ia mulai bangkit dengan progresifitas dakwah para aktivis Islam yang luar biasa. Tercatat dari 11.400.000 jiwa penduduknya yang mayoritas beragama Budha, 1,6% beragama Islam.
Islam mulai berkembang ditandai dengan banyaknya berdiri masjid dan mushola di berbagai tempat. Sholat berjamaah, puasa ramadhan juga agenda ibadah lainnya mulai mudah dilaksanakan, walau di Kamboja sendiri Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha tidak masuk pada agenda libur nasional. Islam di kamboja sendiri dibawa oleh suku Cham yang merupakan keturunan dari kerajaan Champa pada abad ke 7 hingga 15.
Suku ini menghuni salah satu Provinsi besar di Kamboja yaitu Kampong Cham. Dari suku Chamlah, komunitas muslim di Kamboja berkembang sampai ke negera tetangganya yaitu Vietnam. Pada tahun tahun belakangan, masyarakat suku Cham mulai menghuni berbagai tempat mulai dari Phnom Penh sebagai ibu kota hingga provinsi provinsi lainnya. Wilayah wilayah yang dihuni oleh suku Cham lah yang pada akhirnya menjadi pusat makanan halal, madrasah serta wisata ramah muslim lainnya di seluruh Kamboja.
Madrasah Indonesia
Selama berkunjung beberapa hari di Kamboja, kami (Relawan) berkesempatan untuk menginap selama 2 hari di salah satu distrik di provinsi Kampong Cham yaitu Memot Distrik. Sebelum kedatangan kami di distrik ini, masyarakat telah banyak menerima tamu mancanegara yang juga ingin belajar dan mengetahui lebih banyak tentang muslim suku Cham. Indonesia salah satunya.
Masyarakat di sini sangat akrab dengan Indonesia karena banyak masyarakat Indonesia telat turut mengambil peran untuk membantu warga di sini, wakaf sumur air bersih salah satunya. Ada beberapa sumur di desa adalah bagian dari wakaf masyarakat Indonesia untuk saudara muslimnya di Cham. Dan yang lebih membuat haru adalah di desa yang kami tempati sedang dalam proses pembangunan sebuah madrasah Indonesia untuk memfasilitasi anak-anak dalam belajar agama, setelah sebelumnya tempat belajarnya di kolong-kolong rumah. Madrasah yang dibangun sejak 2017 ini sudah masuk tahap pembuatan atap dan berharap pada tahun ini dapat selesai sehingga anak-anak Cham dapat belajar dengan nyaman.
Madrasah ini dinilai sebagai sebuah hadiah dari Indonesia untuk Muslim Kamboja, dengan itu melalui relawan yang menjembatani akses kesana, terbuka kepada siapa saja untuk membantu pembangunannya.
Selain madrasah Indonesia, para Da’i di sini juga sedang mengupayakan pembangunan madrasah diberbagai tempat untuk memnfasilitasi ruang belajar agama bagi anak-anak di Kamboja. Indonesia sebagai salah satu negara dengan mayoritas Muslim terbesar tentunya akan turut mengambil bagian lewat peran dan kerja bakti bersama, karena kita bersaudara, saudara se akidah.
Mushola Terapung Al ‘Ala
Setelah kembali dari Provinsi Kampong Cham, kami berkunjung ke komunitas muslim di sekitar kota Phnom Penh. Kami bertemu dengan saudara saudara muslim yang mendiami kawasan sungai Basak. Ada sekitar 50 kepala keluarga dari suku Cham yang hidup diatas perahu dikawasan ini. Dengan kondisi ekonomi serba terbatas, mereka belum mampu untuk membeli tanah agar bisa bermukim di kota. Berdiri mengikuti gelombang sungai sebuah Musholah ditengah tengah pemukiman apung ini, Musholah Al ‘Ala.
Di sinilah tempat segala aktivitas ibadah dilaksanakan dari Sholat Berjamaah, Madrasah, musyawarah hingga berbuka puasa ketika ramadhan tiba. Walau kapasitasnya tidak mampu menampung seluruh warga disini, Sholat berjamaah tetap dilaksanakan dengan kondisi seadanya. Salah satu relawan kami tercebur disungai ketika hendak berwudhu, bertepatan dengan angin yang menggoyangkan musholah. Perjalanan ukhuwah ini menjadi pengalaman yang tak tergantikan.