Intan Putriani (Relawan GIVE)
Kliping media – Kumparan Info Dompu
Rilis 15 Jun 2019
Info Dompu – Soropeto adalah nama wilayah di Bima, Nusa Tenggara Barat, yaitu nama RT (Rukun Tetangga) dari Dusun Sorobali, Desa Karampi, Kecamatan Langgudu. Jika pada umumnya RT di daerah lain menggunakan angka, berbeda dengan di wilayah ini yang penyebutan RT-nya diikuti dengan nama yaitu RT 3 Soropeto. Wilayah ini merupakan kawasan pesisir yang jauh dari segala akses dan kemudahan teknologi saat ini.
Menuju ke daerah terpencil ini dapat dilakukan melalui jalur laut yaitu dengan menggunakan perahu nelayan. Juga bisa dilakukan dengan perjalanan darat, namun akan lebih lama serta akses jalan yang masih rusak parah. Menurut Pengakuan Farid (36), Ketua RT 3 Soropeto bahwa lebih aman melewati laut daripada lewat darat.
“Kalau lewat darat lebih jauh, tidak aman juga karena banyak begal” ujarnya pada Selasa (11/6).
Di wilayah RT 3 Soropeto terdapat sebuah sekolah yang menjadi sarana pendidikan bagi anak-anak usia sekolah dasar, yaitu SDN Inpres Karampi Filial Soropeto. Sekolah ini adalah bagian dari sekolah induknya SDN Inpres Karampi yang berada di pusat Desa Karampi. Kondisi bangunan sekolah ini sangat sederhana yaitu dinding yang terbuat dari kayu dan atapnya adalah jerami yang dianyam dari daun kelapa oleh penduduk setempat.
Sempat didatangi oleh beberapa komunitas peduli pendidikan dalam beberapa tahun terakhir, pada momen pasca-lebaran kemarin, sekolah ini juga mendapat kunjungan dari komunitas mesjid dari Jogja yaitu Pengurus Mesjid Nurul ‘Ashri Deresan Yogyakarta, Komunitas Give Jogja, dan beberapa relawan dari Kabupaten Dompu.
Rony Irawan (29) sebagai ketua dari Pengurus Mesjid Nurul ‘Ashri Deresan berbagi pengalaman kepada Info Dompu tentang kunjungannya ke Soropeto untuk melihat kondisi sekolah dan anak-anak di sana (14/6). Ada banyak harapan yang ingin dilakukan Rony beserta timnya setelah melihat langsung kondisi sekolah di Soropeto.
“Kami ke Soropeto ingin berbagi ilmu yang kami bawa dari Jogja kepada anak-anak di sana. Kami juga ingin memberikan perhatian kepada kondisi pendidikan mereka, insha allah, kami juga akan pikirkan kembali rencana pemberian bantuan lainnya untuk anak-anak dan penduduk di sana ke depannya” ucap Rony.
Lebih lanjut Rony menjelaskan tujuan kunjungannya adalah sebagai kesempatan untuk melihat langsung fasilitas pendidikan dan menggali sebanyak mungkin informasi yang mereka butuhkan untuk membuat program bagi peningkatan sumber daya manusia di Soropeto, terutama bagi pendidikan anak-anak di sana.
Sedangkan bagi Desi Rahmawati (25) salah satu relawan yang datang dari Jogja tersebut mengaku sangat senang karena bisa mengajak anak-anak bermain bersama, meski baru pertama kali datang, Desi menjadi cepat akrab dengan anak-anak tersebut (15/6).
Berkumpul di ruangan kelas yang sederhana. Foto: Info Dompu
Desi pun berbagi pengalamannya bermain bersama anak-anak Soropeto. Awalnya anak-anak ditemani oleh beberapa warga serta ketua RT, mereka dikumpulkan di dalam ruang kelas untuk melakukan sesi berkenalan, juga para relawan menyampaikan tujuan kedatangan mereka.
Setelah berkenalan, Desi lalu bertanya kepada anak-anak, apakah mereka ingin bermain bersama? Lalu anak-anak disuruh untuk memilih tempat bermain yang mereka inginkan. Tempat bermain yang disepakati adalah di lapangan di dekat pantai.
Ada sekitar 36 anak yang bersekolah di SDN Inpres Karampi Filial Soropeto. Mereka terbagi ke dalam 6 kelas seperti di sekolah dasar pada umumnya. Pertama-tama Desi mengajak anak-anak yang sudah berada di lapangan untuk membuat lingkaran.
Desi yang menjadi instruktur permainan menceritakan bahwa permainan pertama yang akan mereka lakukan adalah untuk pemanasan yaitu dengan membuat lingkaran sambil duduk bersila, lalu saling membelakangi agar pundak anak-anak tersebut bisa dipegang oleh teman yang berada di belakang.
“Permainan ini untuk tes semangat anak-anak, mereka duduk bersila dan memegang pundak teman di depannya sambil menyanyikan lagu hujan rintik-rintik, hujan rintik-rintik, secara bersamaan,” ujar Desi.
Selanjutnya anak-anak diarahkan oleh Desi untuk kembali membuat lingkaran dan duduk dengan rapi menghadap ke tengah lingkaran. Ia juga menyampaikan cerita-cerita motivasi kepada anak-anak. Kemudian Desi menjelaskan jenis permainan yang akan mereka lakukan selanjutnya yaitu dengan memakai mahkota kertas. Mahkota tersebut sudah disiapkan oleh para relawan dan akan dibagikan kepada setiap anak. Bagian depan mahkota berupa kertas yang akanditulisi dengan nama, kelas, dan cita-cita setiap anak.
Desi menyebutkan, mengapa anak-anak perlu menuliskan nama, kelas dan cita-citanya pada bagian depan mahkota kertas yang dibagikan.
“Nama, kelas dan cita-cita yang sudah ditulis oleh anak-anak pada kertas yang dibagikan tersebut dipasang di kepala masing-masing, hal itu agar anak-anak mengingat cita-cita mereka dan juga agar teman-temannya bisa melihat serta saling mendukung apa yang mereka cita-citakan” jelas Desi.
Desi melanjutkan bahwa hampir semua anak-anak tersebut memiliki cita-cita yang luar biasa. Ia pun menyebutkan, ada anak cita-citanya ingin menjadi guru bahkan ada yang ingin menjadi presiden.
Ia juga mengajak anak-anak untuk bermain dengan membagi kelompok sambil bernyanyi lagu yang anak-anak sukai seperti lagu Sorak-Sorak Bergembira, Garuda Pancasila dan juga lagu Indonesia Raya. Ia menjelaskan, bahwa sambil benyanyi, anak-anak juga diarahkan untuk membuat kelompok sesuai dengan angka yang akan disebutkan Desi.
Desi menjelaskan bahwa tujuan dari permainan membagi kelompok sambil menyanyikan lagu kesukaan anak-anak tersebut adalah agar setiap orang makin akrab dan tetap bergerak.
Keakraban antara relawan dengan anak-anak. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
Selanjutnya anak-anak diajak lagi untuk bermain matematika. Desi menginstruksikan anak-anak untuk mencari angka-anak pada telur-telur plastik yang mereka sediakan serta sudah ditulisi angka-angka dari nomor 1-5. Dalam permainan ini, relawan selain Desi akan menjadi seperti kakak pendamping untuk setiap kelompok anak.
Permainan matematika juga dilakukan dengan mencocokan angka-angka yang sudah ditulis pada stick es krim dengan angka yang ada digelas yang sudah disediakan oleh relawan.
Desi menjelaskan bahwa permainan matematika sangat menarik bagi anak-anak karena konsepnya belajar sambil bermain”Mereka bermain tapi tidak main-main, mereka juga belajar menguji kekompakan dalam tim, dan belajar untuk percaya pada teman-teman maupun pada diri sendiri,” ungkap Desi.
Permainan terakhir bertujuan sebagai pendinginan yaitu anak-anak diajak untuk bermain menangkap ular. Anak-anak akan dibagi ke dalam dua kelompok, setiap kelompok akan berbaris dan anggota yang paling depan akan menjadi ketua atau seumpama kepala ular, sedangkan anggota kelompok yang berdiri paling belakang akan menjadi ekor ular. Anak-anak dibagi ke dalam dua kelompok. Kedua kelompok ini akan saling menyerang masing-masing ekor ular pada kelompok lawan.
Adapun manfaat permainan terakhir yang diberikan kepada anak-anak adalah untuk melatih kekompakan kelompok mereka.
“Setiap kelompok mengejar kesuksesan dengan menangkap kelompok lawan tapi tetap bertahan menjaga keutuhan kelompoknya atau badannya tetap utuh, hingga akhir masing-masing kelompok harus tetap bertahan dan menjaga ekor ular mereka,” jelas Desi.
Desi menyebutkan bahwa setiap permainan yang diberikan kepada anak-anak memiliki tujuan untuk mendapatkan semangat, fokus atau berkonsentrasi, percaya diri, kerjasama, dan mengasah intelektualitas.
“Semua hal yang coba kami berikan adalah agar anak-anak bahagia dan mereka percaya bahwa pendidikan di Indonesia di manapun mereka berada semuanya baik-baik saja, bahwa di manapun mereka masih ada banyak orang yang akan peduli pada mereka” pungkas Desi.
Lebih lanjut Desi dan relawan yang datang ke Soropeto berkeinginan untuk tetap bisa menjalin komunikasi yang baik dengan warga di sana dan bisa memberikan kontribusi yang lebih bermanfaat untuk anak-anak maupun masyarakat Soropeto ke depannya.