Melia Majid (Voicer)
Satu hari setelah mendarat di Negri Angkor,
disitulah Allah langsung menunjukkan fenomena yang amat kontras.
Jauh mata ini memandang, terdapat kehidupan
metropolitan kota yang penuh hiburan, lampu menghiasi malam, gedung-gedung
mewah berdiri kokoh dan layar video tron dengan asyiknya menampilkan berbagai
macam iklan.
Lalu, tak jauh dari kaki ini berpijak mata ini
melihat sebuah Mushola kayu sederhana lagi redup dengan sampan-sampan kecil
yang terombang ambing disekitarnya.
Ya Allah, apakah aku benar-benar sudah
bersyukur?
Ya Allah, apakah aku sudah maksimal dalam
beribadah?
Bagaimana tidak. Dari bangunan mengapung itu
terdapat orang-orang beriman yang tetap mendirikan shalat.
Dari Mushola itu terlihat pemandangan mereka
yang sedang mengaji, mendalami Agama nya.
Dari perahu itu terlahir Rufini dan anak-anak
lainnya yang mampu membaca ayat suci Al-Qur’an dengan indahnya.
Dari perahu itu terdapat ibu-ibu yang begitu
tegar membesarkan anak-anaknya di atas perahu.
Dari Mushola kecil itu terdengar adzan yang
membuat hati dan mata ini menangis.
Melihat mereka laki-laki berjalan di atas kayu
dengan kaki pecah-pecah menuju sumber adzan untuk menegakkan shalat.
Sedang mereka yang wanita menjalankan shalat di
atas rumah perahunya.
Ya Allah, apakabar dengan ibadah ku?
Disaat itulah terdengar nasihat dari Ustadz
Maher bahwa.
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman
dan surga bagi orang kafir.” (H.R
Muslim)